NorvitaHandayani Student IPB

NorvitaHandayani Student IPB

Senin, 29 Agustus 2016

Metode Penangkapan Ikan di Pelabuhan Ratu Sukabumi Mengacu Pada Responden Acak



METODE PENANGKAPAN IKAN
NELAYAN

Nama Responden      : Johar
Tanggal                      : 20 November 2015
Pewawancara            : 1)  Norvita Handayani           (C44140070)
                                      2) Wibi Prawira Priangga      (C44140069)
                                      3) Azhari Imaduddin              (C44140068)
                                      4) Josat Ilyazuth Z                  (C44140071)











FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
I.PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
        Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km² (Dahuri dkk., 2001 dalam Wijaya, 2007). Dengan luas perairan tersebut, potensi lestari produksi perikanan tangkap Indonesia mencapai 4,9 juta ton ikan dengan tingkat pemanfaatan sektor perikanan tangkap baru mencapai 64% (Syaukani, 2004).
            Ikan laut mampu memperbaharuidirinya namun kemampuan ini bukan tidak terbatas, bahkan dapat luruh bila dilakukan eksploitasi yang berlebihan. Sebagian sumberdaya yang pemanfaatannya bersifat terbuka dan pemiliknya umum, diperlukan adanya usaha pengelolaan yang mengatur pemanfaatan, pelestarian dan bila diperlukan juga rehabilitasi. Pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang sebagaimana ercantum dalam code of conduct for responsible fisheries (FAO, 1995).Teknologi penangkapan ikan bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap lingkungan perairan dan biodiversitinya (Arimoto et. al., 1999).
            Alasan pemilihan lokasi di wilayah Pelabuhan Ratu karena melimpahnya hasil laut di samudera Hindia. Sebagian besar nelayan menggunakan alat tangkap tradisional, seperti Pancing Tonda (Troll Line), Pancing Cumi-cumi (Squid Jigger) dan Pancing Layang-layang (Kite Hook And Line).

1.2Tujuan
        Tujuan dari fieldtrip yang dilakukan di Pelabuhan Ratu adalah untuk mengetahui alat tangkap yang digunakan oleh nelayan sekitar dan hasil tangkapan yang diperoleh serta bagimana pengoperasian alat tangkap tersebut.


2. UNIT PENANGKAPAN
2.1 Alat
        Alat yang digunakan nelayan dalam mencari ikan dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari adalah Pancing Tonda (Troll Line), Pancing Cumi-cumi (Squid Jigger),dan Pancing Layang-Layang (Kite Hook And Line). Pancing Tonda (Troll Line) adalah jenis alat  penangkapan ikan yang terdiri dari seutas tali utama berpancing umpan buatan atau seutas tali utama tanpa jarak dan 2-3 tali cabang berpancing umpan buatan (Mulyono 2015). Pancing Tonda terdiri dari komponen-komponen penting, yaitu: (1) tali utama, bahan umumnya dari benang plastik panjang, tali bervariassi tergantung keadaan, umumnya antara 50-100m; (2) kili-kili (swivel); (3) tali kawat (stainles steel), (4) mata pancing (hook) mata pancing ini bisa tunggal ataupun ganda; (5) umpan (Waluyo 1989).
        Pancing Cumi-cumi (Squid Jigger) adalah  jenis alat penagkapan ikan yang terdiri dari seutas tali utama berpemberat dan sejumlah tali cabang berpancing, yang berupa jigger atau pancing bermata empat (Mulyono 2015). Sedangkan Pancing Layang-layang (Kite Hook and Line) adalah jenis alat penangkpan ikan yang kedudukan mata pancing selalu berada dipermukaan air dan dalam pengopeasian penangkapan tergantung pada keadaan angin, sehingga jika angin nya kurang kuat kadang harus didayung agar layang-layang tetap di udara (Waluyo 1989).
        Ukuran mata pancing yang digunakan oleh nelayan tersebut yaitu ukuran 7 untuk ikan tongkol, ukuran 3 untuk ikan tuna yang berukuran 20kg. Dengan panjang senar dari masing-masing pancing yang digunakan berkisar 100 meter.
2.2 Kapal
        Kapal yang digunakan nelayan adalah kapal yang terbuat dari kayu. Dengan panjang kapal sebesar 3 meter dan lebar kapal sebesar 3,5 meter dengan kapasitas orang sekitar 4-5 orang. Kepemilikan kapal tersebut bukanlah milik nelayan tersebut melainkan milik perusahaan swasta dengan nama kapal “Jaya Mitra”.
2.3 Nelayan
        Nelayan yang kami temui dalam kegiatan wawancara ini bernama Johar yang bertempat tinggal di daerah Sujengkol, Sukabumi. Beliau merantau sebagai nelayan di Pelabuhan Ratu sudah 5 tahun, sebelumnya ia berasal dari daerah di Sulawesi. Dalam setiap kegitan penangkapan ikan, kapal yang ia tumpangi berisikan 5 orang dengan jumlah ABK 4 Orang. Tak jarang beliau beliau berlayar mencari ikan hingga ke perbatasan Australia. Pendapatan yang ia dapat merupakan dari sistem bagi hasil oleh sang pemilik kapal.
3. METODE PENANGKAPAN
3.1 Setting
Pancing Tonda (Troll Line)
Pancing Cumi-cumi(Squid Jigger)
Pancing layang-layang
-Saat setting, kapal tetap berjalan mengelilingi posisi rumpon dengan kecepatan 4-5 knot, sambil mengamati arus dengan posisi menebar jaring. Dalam operasi penangkapan ini kapal menurunkan 6 set pancing tonda, dan membutuhkan 3 orang dimana 1 ABK nya mengoperasikan 2 set pancing. Posisi setiap ABK saat mengoperasikan pancing tersebut yaitu dua orang di bagian belakang samping kapal sebelah kanan dan kiri, serta satu orang lainnya di bagian tengah belakang kapal.
-Setting yang pertama dilakukan adalah melempar (casting) mata pancing yang telah diberi umpan. Proses penurunan pancing tonda dilakukan satu per satu agar posisi setiap pancing tonda bisa diatur dan mencegah pembelitan antar pancing tondanya. Setelah umpan terlempar ke air maka benang senar yang merupakan tali utama pancing (main line) ikut terulur sampai pada senar tali pegangan. Bila tali pancing terulur sampai tali pegangan, langkah selanjutnya adalah menambatkan ujung tali pegangan pada tongkat untuk pancing yang berada di samping kapal dan pada buritan kapal untuk pancing yang dioperasikan di belakang kapal (Nurcahya 2014).


       
3.2 Hoaking Time
Pancing Tonda (Troll Line)
Pancing Cumi-cumi(Squid Jigger)
Pancing layang-layang




3.3 Hauling
Pancing Tonda (Troll Line)
Pancing Cumi-cumi(Squid Jigger)
Pancing layang-layang
-Proses hauling merupakan proses pengangkatan hasil tangkapan ke atas kapal. Kecepatan kapal saat hauling ditambah menjadi 3,5 - 4,5 knot. Proses ini dilakukan dengan cara menarik pancing secara cepat setelah ikan memakan umpan. Penarikan dilakukan oleh ABK secara cepat yang bertujuan agar pancing berikutnya bisa diturunkan lagi perairan. Ikan hasil tangkapan tadi dilepaskan dari mata pancing dan langkah selanjutnya dilakukan penanganan pasca tangkap.
- Penarikan pancing tonda dimulai dari penarikan benang senar untuk pegangan kemudian penarikan senar utama. Setelah penarikan tali utama sudah selesai maka ikan dapat diangkat ke atas dek dan ikan dilepas dari kait (Nurcahya 2014).



3.4 Penyortiran
        Pada tahap penyortiran Ikan yang tertangkap dilepas dari kail kemudian dimasukkan ke dalam cool box yang berisi balok es dan serutan es (es balok yang dihaluskan) dengan maksud untuk menjaga mutu kesegaran ikan. Kapal dengan palkah (cool box) terisi penuh menuju pelabuhan untuk segera melakukan bongkar muatan. Bongkar muatan dilakukan oleh para ABK yang dibantu oleh kuli angkut keranjang yang menunggu di pelabuhan. ABK membuka palkah dan mengeluarkan ikan hasil tangkapan untuk dimasukkan ke dalam keranjang dengan melakukan sortir berdasarkan jenis dan ukuran ikan.
3.5 Pemasaran
        Untuk pemasaran, ikan-ikan diwajibkan masuk TPI untuk pelelangan dengan pajak sebesar 2% dari hasil penjualan. Namun beberapa ikan seperti Tuna langsung dilakukan engiriman ke Jakarta.



 . DAFTAR PUSTAKA
Arimoto, T., S.J. Choi, and Y.G. Choi. 1999. Trends and Perspectives  for FishingTechnology  Research Towards the Sustainable Development. In Proceeding of 5th International Symposium on Efficient Apllication and Preservation of Marine Biological Resources. OSU National University:135-144.
             
Syaukani, M. 2004. Konsepsi Kelembagaan Dalam mewujudkan Sektor  Perikanan Sebagai Prime Mover Perekonomian Nasional. Makalah Pribadi Pengantar ke Falsafah Sains. Sekolah    Pascasarjana IPB. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 14 hal.

 Wijaya, N. I. 2007. Analisis Kesesuaian Lahan dan Pengembangan  Kawasan Perikanan Budidaya di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai  Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.  Bogor. 161 hal



LAMPIRAN KEGIATAN
 
Hasil Wawancara
I.Biodata Responden

1.      Nama                  : Johar
2.      Usaha                  : Nelayan
3.      Jenis Kelamin      : Laki-laki
4.      Alamat                :  Sujengkol Sukabumi
5.      Ikan yang dibeli  : -
II.Identitas Usaha
1.      Nama usaha/kapal (bila ada)       : Jaya Mitra
2.      Jenis Usaha                                 :
a.       Penangkapan Ikan             : Tuna, Tongkol, Marlin
b.      Lainnya (bila ada)             : -
3.      Bentuk / status usaha
a.       Perseorangan
b.      Badan Hukum Usaha ( CV, PT, BUMN)
c.       Perusahaan Swasta

III.PERTANYAAN
1.      Armada penangkapan apa yang anda miliki untuk menangkap ikan?
a.       Nama Kapal          : Jaya Mitra
b.      Ukuran kapal         : Panjang 13 meter, lebar 3,5 meter dengan                                                               kapasitas 4-5 orang.
c.       Kepemilikan kapal: Milik perusahaan swasta
d.      Jenis alat tangkap  : Pancing Tonda, Pancing Cumi-cumi, Layang- layang
e.       Metode Pengoperasian
-          Setting                   :
-          Soaking Time        :
-          Hauling                 :
-          Penyortiran            :
f.       Ukuran alat tangkap (ukuran mata jaring/panjang tali, ukuran mata pancing, yangini disesuaikan alat tangkapnya.
Jawab: ukuran mata pancing yang digunakan pada setiap pancing bervariasi, ukuran 7 digunkan untuk menangkap ikan tongkol,  sedangkan ukuran 3 digunakan untuk menangkap ikan tuna berukuran 20 kg, dengan panjang senar pada tiap pancing  berkisar 100 meter.


2.         Ikan ditangkap di daerah mana saja?
Nama Ikan
Lokasi Penangkapan
Ikan Tuna
Lintang 9 bujur 10
Ikan Tongkol

Ikan Marlin






3.    Berapa harga ikan yang dijual dari nelayan/distributor?
Nama Ikan
Harga Ikan (kg)
Ikan Tuna
Rp 35.000/kg
Ikan Tongkol
Rp 13.000/kg





4.         Berapa lama trip penangkapan ikan?
-          1 trip 14 hari
-          .......trip/minggu
-          2 trip/bulan   

5.           Ikan yang ditangkap haya diturunkan di TPI PPS Pelabuhan Ratu atau juga di pelabuhan lain? Jika ada mengapa?
Jawab: Diwajibkan nelaya memberikan hasil tangkapan nya ke TPI  dengan pajak sebesar 2% dari hasil penjualan. Namun tidak jarang         ikan Tuna yang didapat langsung di kirim ke Jakarta.
6.         Apa Anda membawa es ketika melaut (ya/tidak) jika ya, berapa balok es yang dibawa? (1 balok...kg)
Jawab: Ya, jumlah es yang dibawa sebanyak 80 balok (70kg) dengan harga Rp 20.000/balok.
7.      Bagaimana penanganan iakan diatas kapal?
Jawab: Ikan yang didapat langsung dimasukaan kedalam palka dan diberi es. Untuk sejenis Tuna dilakukan proses pembuangan insang dan  isi perut.
8.      Bagaimana Anda menjual ikan di Pelabuhan Ratu?
a.       Dilelang
b.      Tidak dilelang, mengapa?
Jawab: Dilelang. Namun harga untuk dilelang atau tidak lelang itu tetap sama saja.
9.    Siapa yang menentukan harga ketika dijual?
Jawab: Harga ditentukan nelayan. Namun terkadang nelayan memberikannya ke TPI dan terkadang tidak ke TPI, tergantung  harga yang ditawarkan.
10.            Kepada siapa Anda menjual Ikan?
a.       Tengkulak
b.      Pengumpul
c.       Pedagang eceran
d.      Lainnya.....
Jawab:
11.  Adakah peraturan yang diberlakukan oleh pihak Pelabuhan Ratudalam mengoperasikan alat tangkap?
 Jawab: Tentu ada. Peraturan yang diberlakukan adalah tidak boleh menggunakan bahan peledak sebagai teknik pennagkpakan ikan dan tidak boleh menangkap jenis ikan tertentu seperti ikan Hiu dan  Pari.
12.  Alat tangkap yang dilarang dioperasikan apa saja?
a.       Kenapa dilarang?
b.      Bagaimana dampaknya terhadap nelayan?
Jawab: Alat tangkap yang dilarang adalah alat tangkap yang menggunakan bahan peledak seperti bom. Sebenarnya tidak menggangu    pencaharian     nelayan, namun disisi lain dampak postif yang diperoleh adalah nelayan mendapatkan ikan-ikan yang lebih bagus kualitasnya tanpa adanya kandungan dari bahan peledak tersebut,  dan dengan ikut sertanya nelayan dengan tidak menggunakan alat   tangkap yang dilarang berarti sudah memajukan kualitas dan menjaga keseimbangan ekosistem laut di Indonesia.
13.  Harapan para nelayan terhadap peraturan yang diberlakukan seperti apa?
Jawab: Yang penting tetap bisa melaut dan pulang membawa hasil, selama peraturan tersebut tidak merugikan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar