NorvitaHandayani Student IPB

NorvitaHandayani Student IPB

Senin, 29 Agustus 2016

USAHA PERIKANAN TERIPANG DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA



TUGAS PENGANTAR ILMU PERIKANAN DAN KELAUTAN


USAHA PERIKANAN TERIPANG DI KEPULAUAN SERIBU
PROVINSI DKI JAKARTA




                                    NAMA             : NORVITA HANDAYANI
                                    NIM                 : C44140070
                                    NAMA DOSEN : MULYONO S BASKORO




DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
            Perairan Indonesia memiliki beragam jenis sumberdaya ikan termasuk teripang yang pemanfaatannya cukup intensif di berbagai daerah. Sumber daya teripang berperan penting sebagai salah satu komoditas ekspor perikanan dengan pasar utama yaitu Hongkong, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Jepang, Amerika dan beberapa negara Eropa. Adapun negara pemasok utama teripang di pasaran internasional antara lain Indonesia. Filipina, Kaledonia Baru, Maldives, India, dan Srilangka. Sekitar 53 jenis teripang yang ditemukan, terdapat sekitar 22 jenis dapat dikonsumsi, dan delapan jenis diantaranya memiliki nilai pasar tinggi. Kedelapan jenis tersebut adalah teripang pasir, teripang susuan atau karo, teripang batu, teripang bilabo, teripang lotong, terpang mata kucing, dan teripang nanas.
            Komoditi perikanan teripang memiliki prospek cukup baik dan bernilai ekonomis tinggi, baik di pasar lokal maupun internasional. Jenis biota ini dikenal pula dengan nama ketimun laut. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan nutrisi terpang sangat tinggi, yaitu dalam kondisi kering terdiri atas protein 82%, lemak 1,7%, kadar air 8,9% dan karbohidrat 4,85. Hal ini yang menjadikan teripang menjadi salah satu komoditi yang bernilai tinggi.
            Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri atas dua kecamatan yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara daan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Wilayah pemerintahan pemukiman Kepulauan Seribu Utara memiliki tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Harapan, dan Kelurahan Pulau Kelapa. Kelurahan Pulau Panggang merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri dari 13 pulau. Pulau yang diperuntukan sebagai pemukiman yaitu Pulau Panggang dan  Pulau Pramuka, 6 pulau diperuntukan sebagai tempat peristirahatan dan sisanya untuk PHU (Perlindungan Hutan Umum).

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sistem perkembangan perikanan di Kepulauan Seribu?
2.      Bagaimana kelayakan usaha yang meliputi modal investasi, biaya usaha, penerimaan dan pengembangan usaha?

1.3 TUJUAN
1.      Mengetahui sistem perikanan teripang di Kepulauan Seribu
2.      Mengetahui aspek kelayakan usaha berupa modal investasi, biaya usaha, penerimaan usaha serta strategi pengembangannya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANALISIS SISTEM PERIKANAN TERIPANG
            Berdasarkan Analisis pada aspek biologi diketahui bahwa musim puncak penangkapan teripang di Kepulauan Seribu terjadi dua kali dalam setahun, yaitu bulan Maret-April dan Oktober-November. Bulam Maret-April merupakan bulan setelah musim pemijahan teripang berlangsung saat musim penghujan. Pemijahan teripang biasanya berlangsung saat musim penghujan, karena pada musim tersebut terjadi penurunan salinitas yang dapat menyebabkan perangsangan matang gonad dan pemijahan. adapun analisis terkait aspek sosial diketahui bahwa nelayan teripang yang aktif dan produktif merupakan nelayan pendatang dari Madura. Meskipun secara umum nelayan di Kepulauan Seribu terdiri dari nelayan lokal dan pendatang dalam kehidupan sosialnya mereka mampu berinteraksi dan bekerjasama dengan baik.
            Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No/117/2011 mengenai UMP (Upah Minimum Provinsi) 2010 yaitu sebesar Rp 1.529.150, dapat dikatakan kesejahteraan nelayan baik karena melebihi UPM yaitu dengan rata-rata pendapatan perbulan Rp 3.300.333. Pendapatan nelayan ini merupakan akumulasi dari pendapatan selama 1 tahun. Sebagian besar nelayan teripang bersifat musiman, ketika musim penghujan (Desember-Februari) cuaca cenderung buruk dengan seringnya hujan dan angin kencang. Hal ini menyebabkan nelayan libur melaut bahkan sampai selama musim penghujan berakhir. Selama libur melaut ini biasa nelayan melakukan pekerjaan lain.

2.2 ASPEK KELAYAKAN USAHA
MODAL INVESTASI
            Modal investasi adalah pengeluaran atau modal yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha perikanan tangkap. Pada usaha yang diilakukan penulis skripsi mengenai ini yaitu investasi usaha sebesar Rp 41.050.000. Modal ini digunakan untk investasi kapal sebesar Rp 25.000.000, 2 mesin berkekuatan 23 PK masing-masing sebesar Rp 2.500.000 dan alat bantu dalam penangkapan seperti lampu petromaks 5 buah sebesar Rp 1.050.000, masker 5 buah sebesar Rp 750.000, senter laut 3 buah sebesar Rp 1.500.000, kompresor Rp 3.000.000, regulator dan masker 3 pasang Rp 750.000, selang 100 meter Rp 2.500.000 dan peralatan masak Rp 600.000.

BIAYA USAHA
            Biaya usaha adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan operasi penangkapan. Total biaya yang digunakan peneliti skripsi yang digunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu sebesar Rp 44.725.000, terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Penggunaan biaya ini untuk perawatan kapal, perawatan mesin, penyusutan kapal, penyusutan mesin, penyusutan lampu petromaks, penyusutan penganak. Biaya tidak tetap atau disebut juga biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan jika melakukan operasi penangkapan dan jumlahnya dapat berubah sesuai kebutuhan operasional penangkapan. Penggunaan biaya ini untuk membeli bahan bakar, oli, konsumsi nelayan, biaya pengiriman barang dan bagi hasil penerimaan.

PENERIMAAN USAHA
            Penerimaan usaha merupakan hasil yang didapat dari operasi penagkapan. Besarnya penerimaan yang di dapat dari penjualan hasil tangkapan selama 1 tahun yaitu 321.350.000. penerimaan usaha diperoleh dari 2 musim, yaitu musim oboran dan musim sedang. Total penerimaan pada musim oboran sebesar Rp 209.150.000 dengan jumlah produksi sebanyak 429 kg berupa teripang kering. Total penerimaan pada musim sedang adalah Rp 112.200.000 dengan jumlah produksi sebanyak 219 kg berupa teripang kering.

STRATEGI PENGEMBANGAN
            Penentuan arah strategi pengembangan dengan metode SWOT berdasarkan faktor internal terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha. Faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang turut berpengaruh kepada pengembangan perikanan teripang di kepulauan seribu. Kondisi internal pada usaha perikanan teripang yang ada di Kepulauan Seribu didominasi kekuatan yang dapat mendorong pengembangan usaha teripang. Adapun kekuatan yang dimiliki yaitu usaha perikanan yang menguntungkan. Usaha yang menguntungkan ini menjadikan motivasi melaut para nelayan tinggi. Selain itu tersedianya sumberdaya teripang di Kepulauan Seribu disebabkan kondisi perairan sesuai dengan habitat teripang, yakni ekosistem terumbu karang dan lamun.
            Strategi pengembangan yang harus dilakukan, antara lain: 1). Mengoptimalkan usaha dan potensi pasar,strategi ini diperlukan untuk pemanfaatan dalam jangka panjang, perlunya kerjasama dengan daerah lain juga diperlukan. 2). Peningkatan SDM, memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada para nelayan mengenai penangkapan teripang dan prosedur aman saat menyelam serta memberikan pelantikan mengenai teknologi perikanan tangkap juga dapat dilakukan. 3). Peningkatan kerjasama permodalan dengan bank dan pemerintah, kerjasama ini digunakan untuk memberikan kelancaran operasional dan pengembangan usaha. 4). Pengawasan kegiatan usaha perikanan teripang. 5). Restocking, meskipun kegiatan usaha teripang masih menghasilkan keuntungan besar namun, program restocking teripang perlu dilakukan demi kelestarian teripang dan kelanjutan usaha.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
            Sebagian besar nelayan teripang bersifat musiman, ketika musim penghujan (Desember-Februari) cuaca cenderung buruk dengan seringnya hujan dan angin kencang hal tersebut yang menyebabkan nelayan libur melaut bahkan sampai selama musim penghujan berakhir. Strategi pengembangan yang harus dilakukan, antara lain: 1). Mengoptimalkan usaha dan potensi pasar,2). Peningkatan SDM, 3). Peningkatan kerjasama permodalan dengan bank dan pemerintah, 4). Pengawasan kegiatan usaha perikanan teripang. 5). Restocking.

3.2 SARAN
            Perlu adanya kajian lebih dalam mengenai keragaman hasil peikanan teripang, serta perwujudan strategi pengembangan yang harus dilakukan.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ardianingtyas Ibni Albar. 2013. USAHA PERIKANAN TERIPANG DAN         PENGEMBANGANNYA DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut            Pertanian Bogor

           
           
           





1 komentar:

  1. Mbak tau kah, kepada siapa si Pulau Seribu saya bisa beli teripang?

    BalasHapus