NorvitaHandayani Student IPB

NorvitaHandayani Student IPB

Senin, 29 Agustus 2016

VISUAL INSPECTION Pada Beberapa Bahan Alat Peanangkapan Ikan



Laporan Praktikum
M.K. BAHAN ALAT PENANGKAPAN IKAN
VISUAL INSPECTION
Selasa,1 Maret 2016

KELOMPOK 3
Nama anggota kelompok :
1.      C44140064 – Rocky Markiano
2.      C44140015 – Tyas Putri Jayanti
3.      C44140048 – Mimah Cholifah
4.      C44140070 – Norvita Handayani
5.      C44140092 – Sixman Daud



I.                   Pendahuluan

I.1 Latar Belakang
Di Indonesia saat ini telah banyak alat tangkap yang dibuat dari bahan-bahan sintetis yang dinilai baik, kuat dan tahan lama dan mudah pemeliharaannya misalnya untuk jarring, adalah: nilon, polyethelen, benang plastik (monofilament) dan lain-lainnya, sedang untuk pelampung digunakan bahan dari busa sintetis, perca-perca dalam pembuatan sandal, bola gelas, cycolex (Subani 1989).
Banyak alat penangkap ikan dibuat/diciptakan dengan maksud (tujuan) dapat digukan secara efektif, efesien terhadap sasaran yang akan ditangkap agar memperoleh hasil semaksimal mungkin. Untuk itu diperlukan pengetahuan baik mengenai bahan-bahan (materil) untuk membuat alat tangkap tersebut.

I.2 Tujuan
            Mengetahui berbagai karakteristik dan perbedaan dari berbagai bahan benang dan tali

I.                   Definisi
Pemeriksaan bahan merupakan suatu cara untuk mengetahui keadaan dari suatu bahan, dengan menggunakan metode-metode yang ada dalam tata cara untuk mengetahui retak atau cacat dari suatu bahan.Pengujian ini merupakan pemeriksaan hanya dengan menggunakan mata. Cara ini memang sangat sederhana dan bernilai ekonomis.
    Prinsip dalam metode visual inspection sangat sederhana hanya dengan menggunakan mata telanjang tanpa alat bantu kecuali kaca pembesar.
    Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi. Dalam hal ini tentu saja adalah retak yang dapat terlihat oleh mata telanjang atau dengan bantuan lensa pembesar ataupun boroskop.
Bahan baku atau bahan dasar benang dan jaring terdiri atas serat alami (natural fibre) dan serat sintesis (synthetic fibre). Serat alami adalah serat yang dibuat dengan bahan dasar tumbuhan dan hewan (Klust, 1983a). Contoh serat alami yang berbahan dasar tumbuhan (plant fibre) adalah kenaf, ramie, abaca, jute, flax/linen, sisal, hemp, cotton, soybean, bambu, raffia, rina dll (Wikipedia, 2007). Adapun serat alami yang berbahan dasar hewan (animal fibre) adalah mohair, wool, camel, alpaca, llama, angora, cashmere, yak, silk, sinew dll (Binhaitimes, 2005). Selain serat alami adapula serat sintesis, yaitu serat yang dibuat dari unsur-unsur kimia yang sederhana kemudian digabungkan sehingga terbentuk susunan baru secara lengkap dan kompleks, sehingga mempunyai sifat-sifat baru yang semakin rumit dan berubah dari sifat semula (Klust, 1983a). Contoh-contoh serat sintesis adalah Polyamide (PA), Polyester (PES), Polyethylene (PE), Polyprophylene (PP), Polyvinyl Chloride (PVC), Polyvinyllidene Chloride (PVD), Polyvinyl Alcohol (PVA), dll (Klust, 1983a). Penjelasan mengenai beberapa jenis bahan jaring baik serat sintesis maupun serat alami dijabarkan sebagai berikut :
Contoh-contoh serat sintesis adalah Polyamide (PA), Polyester (PES), Polyethylene (PE), Polyprophylene (PP), Polyvinyl Chloride (PVC), Polyvinyllidene Chloride (PVD), Polyvinyl Alcohol (PVA), dll (Klust, 1983).

II.            Alat dan Bahan

1.      Mikrometer
2.      Jangka sorong – caliper
3.      Timbangan
4.      Benang
5.      Tali

III.           Metode Praktikum
Metode visual inspection pada benang dan tali adalah sebagai berikut.
1.      Panjang di ukur dengan menggunakan penggaris dan melentangkan tali/benang pada penggaris, kemudian catat hasilnya
2.      Diameter di ukur menggunakan jangka sorong
3.      Arah pilinan ditentukan dengan melihat lilitan pada tali/benang, jika ke kanan termasuk tipe s dan jika ke kiri termasuk tipe z
4.      Hitung jumlah yarn setiap benang secara manual dengan melepaskan sedikit gulungan
5.      Bobot benang diukur dengan timbangan digital
6.      Benang diukur dengan menggunakan penggaris sebesar 10cm, kemudian dihitung jumlah pilinannya
7.      Amati benang dengan melihat warna, tekstur, dan penampilannya
8.      Catat hasil pengamatan

IV.             Pembahasan
Masing-masing kelompok serat sintesis memiliki sifat-sifat tertentu yang membedakannya dengan kelompok lain. Diantara jenis-jenis serat sintesis secara penglihatan mata sulit untuk dibedakan dibanding serat-serat sehingga bahan jaring sintesis jarang ditentukan hanya dengan bentuknya saja . Jumlah pilinan pada tali/benang sangat berpengaruh besar terhadap daya tahan putus atau kekuatan (breaking strength) dan daya tahan mulur dari netting yarns.
Dari hasil praktikum dapatkan diketahui bahwa tipedasar serabut di kelompokan menjadi empat yakni continous filament (serat panjang-panjang), staple fibres (serabut pendek), monofilament (benang tunggal), split fibres (serabut pipih-pipih).


V.                   Penutup/Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa B1 terbuat dari bahan katun, B2 terbuat dari bahan. B3 terbuat dari PA, B4 terbuat dari PE. T1 terbuat dari PA, T2 terbuat dari PE dan T3 terbuat dari serabut kelapa.


VI.             Saran
Untuk praktikum selanjutnya adalah sebaiknya praktikan lebih dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, karena waktu yang diberikan terbatas dan ketelitian praktikan dalam proses pengukuran harus ditingkatkan.
 

VII.          Daftar Pustaka

Klust, Gerhard. 1987. Bahan Jaring untuk Alat Penangkapan Ikan. Edisi ke-2.
            (Penterjemah Team BPPI Semarang). Terjemahan dari  Netting Materials
            for Fishing Gear
. Semarang: BPPI Semarang. 187 hal.
Subani W, H.R.Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
           Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Balai Penelitian 
           Perikanan laut. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.
           Departemen Pertanian (219-220)
Prasetyo AP. 2009. Kekuatan Putus (Breaking Strength) Benang  dan  Jaring  PA
            Multifilamen  pada  Penyimpanan  di Ruang  Terbuka  dan Tertutup.
            [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB.

Supardi A. 2007. Bahan Alat Penangkapan Ikan. Jakarta(ID) : Sekolah Tinggi Perikanan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar