PROSES
TERJADINYA UPWELLING
MATA
KULIAH DAERAH PENANGKAPAN IKAN
Nama : Norvita Handayani
NIM : C44140070
DEPARTEMEN
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Upwelling merupakan fenomena
oseanografi yang melibatkan wind-driven motion yang kuat, dingin dan biasanya
membawa massa air yang kaya akan nutrien ke arah permukaan laut. Upwelling juga
merupakan fenomena atau kejadian yang berkaitan dengan gerakan naiknya massa
air laut. Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan
karena terjadinya proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini
membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang tinggi dan tak
kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan nitrat naik ke
permukaan. proses upwelling merupakan suatu proses dimana massa air laut dalam
didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 hingga 200 meter yang terjadi di
sepanjang pantai di banyak benua. Karena pada umumnya pergerakan arus
selalu membentuk sudut baik dari maupun ke arah laut sebagai efek dari gaya
Coriolis dan divergensi Ekman, sehingga akan menyebabkan terjadinya aliran air
laut yang menjauhi garis pantai. Akibatnya akan terjadi kekosongan massa air
laut di bagian permukaan yang kemudian massa air yang berada di bagian dalam
akan bergerak naik ke atas untuk mengisi kekosongan di permukaan. Upwelling
dapat terjadi di daerah pantai maupun laut lepas. Keadaan tofografi dasar perairan
Indonesia sangat beragam. Ketidakteraturan tofografi dasar perairan Indonesia
ini antara lain disebabkan oleh banyaknya pulau, penyempitan atau pelebaran
selat, juga banyak terdapat “sill” di mulut cekungan laut. Aliran massa air
yang semula tampak sederhana menjadi tidak sederhana lagi. Hal ini juga
berpengaruh terhadap proses upwelling (Khrisna 2012).
1.2
Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud
dengan fenomena Upwelling
2. Mengetahui bagaimana proses
terjadinya Upwelling
BAB
II
DASAR
TEORI
Teori
Ekman menjelaskan tentang pergerakan arus oleh angin permukaan yang mengalami
pergeseran karena efek Coriolis. Upwelling adalah istilah yang
menyatakan proses penaikan massa air dari bawah ke permukaan perairan laut atau
dengan kata lain proses mengalirnya arus secara vertikal ke arah atas.
Berdasarkan mekanisme pembentukan, Upwelling terbagi dua dalam hal tetrsebut
yaitu mekanisme Transport Ekman dan mekanisme Transport Divergennsi. Mekanisme
Transport Mekanisme Transport Ekman umumnya untuk menjelaskan proses upwelling
yang terjadi di daerah pantai ( Bowden, 1983 ; Thurman, 1991; Stewart, 2002)
Upwelling di daerah pantai terjadi karena adanya angin yang bertiup sejajar
dengan garis pantai Mekanisme divergensi
awalnya berkaitan dengan transport Ekman, namun umumnya mekanisme divergensi
untuk menjelaskan kejadian upwelling di daerah yang jauh dari pantai, misalnya
Upwelling Equatorial yang terjadi di Samudera Hindia, Samudera Pasifik atau
Atlantik. Digerakkan oleh angin dari timur ke arah barat (angin Pasat ). Secara
teoritis terjadinya upwelling karena adanya pengaruh anign dan adanya proses
divergensi Ekman dan secara teoritis pula aing mengakibatkan terjadinya arus
horizontal yang bergerak di permukaan perairan laut (Benni 2012).
BAB
III
PEMBAHASAN
Proses
upwelling merupakan fenomena alam yang sering
terjadi di perairan laut, khususnya di perairan laut di daerah khatulistiwa.
Secara teoritis terjadinya proses upwelling karena adanya pengaruh angin dan adanya proses divergensi Ekman.
Secara teoritis angin mengakibatkan terjadinya arus horisontal yang bergerak di
permukaan perairan laut.
Angin tersebut juga dapat
mengakibatkan pergerakan massa air yang disebut taikan atau penaikan air (upwelling) dan sasapan atau penyasapan/
penenggelaman air (downwelling). Sementara itu, adanya proses
pergerakan angin tidak
langsung searah dengan pergerakan
permukaan air laut tetapi, di belahan bumi utara bergerak sekitar 45° ke arah
kanan. Teori ini dikenal dengan spiral
Ekman (Komitmen 2015).
Angin
yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas,
akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di
atas. Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan
atmosfer, maka kandugan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan
dengan suhu air permukaan lainnya. Walaupun sedikit oksigen, arus ini
mengandung larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung
mengandung banyak fitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar rantai
makanan di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan.
Rendahnya temperatur permukaan laut menyebabkan hilangnya panas dan mengubah
iklim local. Air bawah permukaan yang dibawa ke permukaan dari kedalaman
100-200 meter kaya akan nutrien, yang mendukung pertumbuhan. Daerah upwelling
ini mendukung pertumbuhan organisme laut yang menyediakan sekitar setengah
perikanan dunia (Agus 2004).
Selain itu adanya pesebaran suhu dan
salinitas yang berbeda pada tiap perairan merupakan slah satu indikator
terjadinya fenomena Upwelling. Air laut bersalinitas lebih tinggi terdapat di daerah
lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air laut lebih tawar terdapat di dekat
ekuator dimana air hujan mentawarkan air asin di permukaan laut, sedangkan pada
daerah lintang tinggi terdapat es yang mencair akan menawarkan salinitas air
permukaannya. Di perairan
lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan di lapisan atas
hingga membentuk lapisan homogen kira-kira setebal 50-70 m atau lebih
bergantung intensitas pengadukan. Di perairan dangkal, lapisan homogen ini
berlanjut sampai ke dasar. Di lapisan dengan salinitas homogen, suhu juga
biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat lapisan pegat (discontinuity layer)
dengan gradasi densitas yang tajam yang menghambat percampuran antara lapisan
di atas dan di bawahnya. Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak
banyak lagi ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di
lapisan massa air di lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri
antara lain dengan mengakji sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan
salinitas minimum dengan metode inti (core layer method) (Edi 2012).
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Upwelling juga
merupakan fenomena atau kejadian yang berkaitan dengan gerakan naiknya massa
air laut. Upwelling terbagi dua dalam hal tetrsebut yaitu mekanisme Transport
Ekman dan mekanisme Transport Divergennsi. Secara teoritis terjadinya proses upwelling karena adanya pengaruh angin dan
adanya proses divergensi Ekman. Secara teoritis angin mengakibatkan terjadinya
arus horisontal yang bergerak di permukaan perairan laut. Angin tersebut juga dapat
mengakibatkan pergerakan massa air yang disebut taikan atau penaikan air (upwelling) dan sasapan atau penyasapan/
penenggelaman air (downwelling). Sementara itu, adanya proses
pergerakan angin tidak
langsung searah dengan pergerakan
permukaan air laut tetapi, di belahan bumi utara bergerak sekitar 45° ke arah
kanan.
Selain itu adanya pesebaran suhu dan salinitas yang berbeda pada tiap perairan
merupakan slah satu indikator terjadinya fenomena Upwelling. Air laut
bersalinitas lebih tinggi terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi
tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Edi.K,Siom.T.2012.
Suhu dan Salinitas Permukaan Merupakan Indikator Upwelling Sebagai Respon Terhadap Angin Muson Tenggara di Perairan Bagian Utara Laut Sawu. Jurnal ILMU KELAUTAN
Vol. 17 (4): 226-23. ISSN 0853-7291
Agus,S.2014.Efek Upwelling Terhadap
Kelimpahan Dan Distribusi Fitoplankton Di
Perairan Laut Banda dan Sekitarnya.Jurnal
Makara Sains Vol 8 No.2
Benni,Aditya.2012.Upwelling.Bandung
(ID): Universitas Padjajaran
Khrisna,S.2012.Upwelling
Pada Perairan.Bandung (ID):Universitas Padjajaran.
Komitmen.2015. Korelasi Teori Ekman dengan Terjadinya
Upwelling di Laut Banda .[Online].
Tersedia pada: http://www.komitmen.org/2015/09/korelasi-teori-ekman-dengan-terjadinya_64.htm(17 maret 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar